JAKARTA – Meningkatnya jumlah kendaraan menyebabkan degradasi kualitas udara. Oleh karena itu, peraturan diperlukan dalam kerangka kebijakan standar emisi kendaraan. Kebijakan yang tepat untuk memecahkan masalah melalui pengadaan kendaraan dengan tenaga listrik dan berbagai efisiensi yang dilakukan. Presiden Republik Indonesia pun mendorong melalui Program Nawacita.
“Ada upaya yang sedang dilakukan yaitu membuat mobil dan motor listrik namun saat ini faktor harga masih tinggi dan adanya keterbatasan penggunaan listrik. Efisiensi yang kita lakukan seperti pelaksanaan ganjil-genap yang mengurangi kemacetan secara nyata dan CO2 berkurang 20 persen sehingga masyarakat mendapatkan udara segar,” jelas Menhub dalam acara Indonesia Energy Efficiency and Conservation Conference & Exhibition 2018 (IEECCE), Selasa (18/9).
Terkait mobil listrik, Menhub menyebut memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk memberikan inovasi. Penerapan yang sudah dilakukan saat ini adalah kendaraan listrik yang sudah dioperasikan di bandara.
“Pada sektor perhubungan terkait mobil listrik dan sebagainya, kita memberi kesempatan kepada mahasiswa Universitas Diponegoro, Intitut Teknologi Bandung, dan masih banyak lagi untuk berinovasi membuat kendaraan listrik. Saat ini mobil listrik sudah diterapkan di bandara dan itu dari dalam negeri. Operasionalnya memang tidak mudah karena harus di-charge terus menerus,” tutur Menhub.
Menhub menjelaskan bahwa dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kontribusi Kementerian Perhubungan dalam Percepatan Program Pemanfaatan Listrik untuk transportasi termasuk mengembangkan kendaraan listrik atau hibrida.
“Dalam RUEN kontribusi Kementerian Perhubungan akan mengembangkan Percepatan Program Pemanfaatan Listrik tahun 2025 sebanyak 2.200 unit untuk 4-roda dan 2,1 juta unit untuk kendaraan 2 roda. Selain itu, meningkatkan secara bertahap jumlah mobil listrik untuk angkutan umum menjadi 10% dari total populasi mobil angkutan umum perkotaan pada 2025,” tukas Menhub.
Saat ini dijelaskan Menhub pula bahwa Presiden RI sudah melakukan beberapa kali diskusi terkait penggunaan bahan bakar B20 secara efektif. Saat ini pada bus dan kapal sudah digunakan.
“Presiden sudah melakukan tiga kali diskusi tentang bagaimana kita endorse penggunaan B20 dengan efektif. Untuk kapal ada yang gunakan B100 jadi semuanya dari minyak sawit mentah. Selain itu kita sangat dekat dengan asosiasi jadi kita ajak untuk diskusi, termasuk masalah kendaraan overdimensi dan overload (ODOL). Saya pikir ini pola komunikasi yang sangat terbuka, ungkapnya.