PENGHASILAN SOPIR MEROSOT DAN LUPUT BANSOS
Penghasilan merosot, turut dirasakan sopir angkutan umum di tengah mewabahnya Covid-19. Terlebih, saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilaksanakan di Kabupaten Banjar. Hal itu diakui, sejumlah sopir angkutan umum yang tergabung dalam Asosiasi Solidaritas Abdiasa (ASA) Sopir Teladan. Bahkan, hingga kini mereka tak pernah mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.
Sopir angkutan umum Ahmad Hariadi membeberkan, penghasilan selama pandemi Corona dan PSBB merosot tajam.
“Per-hari, penghasilan kami hanya sekitar Rp 40 ribu. Belum termasuk biaya operasional, pembelian minyak Rp 100 ribu dan uang sewa mobil Rp 40 ribu. Terus gimana, kami bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari,†cetus Ahmad, Jumat (29/5/2020), kepada koranbanjar.net.
Menurut Ahmad, kebijakan stay at home atau di rumah saja yang menjadi pemicu penghasilan merosot tajam.
“Sekolah dan pengajian majelis ta’lim diliburkan. Alhasil, penumpang sepi. Beralih profesi, tentu sangat sulit cari pekerjaan,†ucapnya.
Lantaran tak bisa berbuat apapun, dirinya hanya berharap kepada pemerintah agar lebih diperhatikan. “Keadaan kami sekarang, sangat sulit mencari nafkah,†lanjut pria sopir angkutan umum, selama 6 tahun itu.
Meski terbatas, hanya sekitar 50 sopir angkutan umum memang pernah mendapat dana Bantuan Sosial Tunai (BST) dari Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Polda Kalsel.
“Sopir angkutan umum kota jurusan Martapura, Banjarbaru, dan Liang Anggang. Sedangkan, sopir di Kabupaten Banjar sekitar 260 orang,†terangnya.
Secara terpisah, Kepala Bidang Angkutan Dan Keselamatan Perhubungan Darat Dinas Perhubungan (Kabid AKPD Dishub) Kabupaten Banjar Yusi Ansyari Nihe menjelaskan, pihaknya telah berupaya memperjuangkan nasib para sopir angkutan umum.
“Beberapa kali mengusulkan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Banjar, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjar. Agar mengalokasikan anggaran untuk mereka (sopir), tapi ditolak,†tegasnya.